Saturday, December 14, 2013

Filled Under:

LAYANAN PENDIDIKAN



Hakikat Sekolah bagi Remaja
Sekarang ini, semua remaja Amerika yang berusia di bawah 16 tahun dan sebagian besar remaja berusia 16 hingga 17 tahun berada di sekolah. Lebih dari setengah generasi muda meneruskan pendidikannya setelah sekolah lanjutan tingkat atas ke sekolah-sekolah kejuruan, perguruan tinggi (college), atau universitas. Terdapat banyak jumlah dan variasi kondisi sekolah bagi remaja dengan berbagai fungsi dan tingkatan.

Fungsi Sekolah bagi Remaja
Di abad keduapuluh, sekolah-sekolah di Amerika Serikat memiliki peran yang lebih menonjol dalam kehidupan remaja. Dari tahun 1890 hingga 1920. setiap negara bagian di Amenika Serikat telah menyusun undang-undang yang tidak memperbolehkan generasi muda untuk bekerja, dan undang-undang tersebut mengharuskan mereka untuk bersekolah. Pada saat itu, jumlah lulusan sekolah lanjutan tingkat atas meningkat 600 persen. Dengan diwajibkannya sekolah lanjutan (secondary school).
Sekolah memiliki pengaruh yang besar bagi anak-anak dan remaja. Pada saat seorang siswa lulus dan sekolah lanjutan tingkat atas, ia telah menghabiskan waktu lebih dan 10.000 jam di dalam ruang kelas. Pengaruh sekolah sekarang ini lebih kuat dibandingkan pada generasi-generasi sebelumnya karena lebih banyak individu yang lebih lama menghabiskan waktunya di sekolah. Sebagai contoh, di tahun 1900, 11,4 persen dan individu berusia 14 hingga 17 tahun merupakan individu yang bersekolah. Sekarang ini, 94 persen dari kelompok usia tersebut merupakan individu yang berada di bangku sekolah.
Anak-anak dan remaja menghabiskan waktu bertahun-tahun bersekolah sebagai anggota dan suatu masyarakat kecil di mana terdapat beberapa tugas untuk diselesaikan; orang-orang yang perlu dikenal dan mengenal diri mereka; serta peraturan yang menjelaskan dan membatasi perilaku, perasaan, dan sikap. Pengalaman yang diperoleh anak-anak dan remaja di masyarakat ini kemungkinan memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan identitasnya, keyakinan terhadap kompetensi diri sendiri, gambaran hidup dan kesempatan berkarir, hubungan-hubungan sosial, batasan mengenai hal yang benar dan salah, serta pemahaman mengenai bagaimana sistem sosial di luar lingkup keluarga berfungsi.
Pengaruh sekolah terhadap anak-anak dan remaja telah dievaluasi melalui dua sudut pandang: (1) Apakah ada perbedaan antara prestasi kognitif dan individu yang bersekolah dengan individu yang tidak bersekolah? (2) Apakah sekolah dapat mengatasi efek negatif dari kemiskinan? Sehubungan dengan pertanyaan pertama, anak-anak dan remaja yang bersekolah biasanya berprestasi lebih baik dalam berbagai tugas kognitif dibandingkan individu yang tidak bersekolah (Cole & Cole, 1993; Farnham-Diggory, 1990). Namun para peneliti belum memiliki gambaran lengkap mengenai bagaimana sekolah mempengaruhi perkembangan sosial remaja. Hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan nomor dua, mengenai kemiskinan, memunculkan hasil yang kontroversial.

Penugasan :
1.        Identifikasi aspek psikologis peserta didik yang ada di tingkat satuan pendidikan yang Saudara ketahui.
2.        Apa yang Anda ketahui dengan Eksperimentasi Kepribadian dan peran?.
3.        Bagaimana langkah pemecahan masalah psikologis yang muncul?
4.        Bagaimana permasalahan remaja ini dihubungkan dengan pengembangan kurikulum di sekolah Anda?

Aku Guru, Keluargaku Guru. Refleksi dan Penghargaan. Dedi Supriadi 1998.
Sebagian besar hidupku berurusan dengan guru. Diangkat pertama kali menjadi pegawai negeri di departemen yang sebagian besar kegiatannya adalah mengurus guru. Oleh karena itu, setiap ada persoalan yang menyangkut nasib guru, perasaanku amat mudah terharu. Aku begitu mudah berempati. Kata-kata dan nada Hymne Guru sering membuatku terhanyut dalam perasaan, membayangkan ayah, ibu, paman, bibi, adik, teman sejawat dan aku sendiri yang semuanya adalah guru. Bilamana ada guru sedih, aku ikut sedih. Bila guru senang, akupun ikut senang.

1.        Peningkatan Kemampuan Profesional

Guru sebagai Jabatan Profesional
Selain guru sebagai jabatan professional, kedudukan gurupun adalah sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesaui dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen BAB II Pasal 2 Ayat (1).
Banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa guru merupakan jabatan profesional. Ada yang beranggapan setiap orang bisa menjadi guru.
Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional, marilah kita tinjau syarat-syarat atau ciri pokok dari pekerjaan profesional.
a.         Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b.         Sesuatu disebut professional bila menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.
c.         Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesional didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaiminya diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akadeinik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya.
d.         Suatu yang profesional selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dan pekerjaan profesinya itu.

2.        Mendidik Sebagai Pekerjaan Profesional
Mendidik merupakan pekerjaan profesional. Hal tersebut dapat kita tinjau dari karakteristik dan proses pembelajaran sebagai tugas utama profesi guru.
a.         Mendidik bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep ilmu dan pengetahuan yang spesifik. Artinya, setiap keputusan dalam melaksanakan aktivitas mendidik bukanlah didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan subjektif atau tugas yang dapat dilakukan sekehendak hati, tetapi didasarkan kepada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru dalam mendidik dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. OIeh karena itu, untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan latar belakang yang sesuai, yaitu latar belakang kependidikan keguruan.
b.         Sebagaimana halnya tugas seorang dokter yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasiennya, maka tugas seorang guru pun memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan peserta didik ke arah tujuan yang diinginkan. Memang hasil pekerjaan seorang dokter atau profesi lainnya berbeda dengan hasil pekerjaan seorang guru. Kinerja profesi non-keguruan seperti seorang dokter biasanya dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Dikatakan seorang dokter yang profesional manakala dalam waktu yang singkat dapat menyembuhkan pasien dan menghilangkan penyakitnya. Namun tidak demikian dengan guru. Hasil pekerjaan guru, seperti mengembangkan minat dan bakat serta potensi yang dimiliki seseorang, termasuk mengembangkan sikap tertentu memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga hasilnya baru dapat dilihat setelah beberapa lama. Mungkin satu generasi. Oleh karena itu, kegagalan guru dalam membelajarkan peserta didik, berarti kegagalan membentuk satu generasi manusia.
c.         Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, sesuai dengan bidang keahliannya, diperlukan tingkat keahlian yang memadai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi yang harus disampaikan, akan tetapi juga diperlukan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang lain, misalnya pemahaman tentang psikologi perkembangan manusia, pemahaman tentang teori-teoni perubahan tingkah laku, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan mendesain strategi pembelajaran yang tepat, dan lain sebagainya, termasuk kemampuan mengevaluasi proses dan basil kerja. Oleh karena itu, seorang guru bukan hanya tahu tentang what to teach, akan tetapi juga paham tentang how to teach. Kemampuan-kemampuan semacam itu tidak mungkin datang dengan sendirinya, tetapi hanya mungkin diperoleh dari suatu lembaga pendidikan khusus, yaitu lembaga pendidikan keguruan.
d.         Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif di masyarakat. Oleh sebab itu, tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat terlepas dari kehidupan sosial. Hal ini berarti apa yang dilakukan guru akan mempunyai dampak terhadap kehidupan masyarakat. Misalnya, semakin tinggi derajat keprofesionalan seseorang -tingkat profesionalisme keguruan yang tinggi dari seseorang-, maka akan semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan masyarakat.
e.         Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, tetapi pekerjaan yang dinamis, yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu, pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Oleh karena itulah guru dituntut peka terhadap dinamika perkembangan masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah, perkembangan sosial, budaya, politik, termasuk perkembangan teknologi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan professional.

0 comments:

Edukasi Tok

EDUKASI TOK HANYA INGIN INFORMASI YANG EDUKATIF"

GO_0N_IN ENLISH


GO_0N_IN ENLISH



EDUKASI TOK

EDUKASI TOK



Copyright @ 2013 EDUKASI TOK .