1.
Kurikulum
dan Proyeksi Masa Depan
Kaitannya dengan pengembangan kurikulum, masa
depan harus dilihat dari dua sudu pandang. Pertama, masa depan merupakan suatu
kajian yang penting bagi siswa. Kedua, kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi di masa depan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan wawasan
kependidikan untuk mempersiapkan anak-anak didik memasuki abad masa depan.
Mempersiapkan untuk masuk ke masa depan berarti pengembangan kemampuan
intelektual dan sosial.
Dasar pemikiran perlunya mengkaji masa depan
ialah bahwa: masa depan tidak dapat diramalkan, kita menciptakannya dengan apa
yang kita kerjakan sekarang; masa depan lahir dari masa sekarang, karenanya
masa sekarang merupakan dasar yang penting bagi kajian masa depan; perencanaan
masa depan bukan diperuntukkan bagi perbaikan masa sekarang, tetapi dlpusatkan
pada kemungkinan-kemungkinan dan akibat-akibat dan apa yang kita rencanakan untuk
masa depan yang lebih baik.
Oleh karena kurikulum yang akan datang
dikembangkan berbasis kompetensi, maka jenis kompetensi atau
kemampuan/kesanggupan apa yang diperlukan sebagai bekal untuk hidup dl masa
depan itulah yang diutamakan. Buku Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah (2001) menunjukkan prinsip-pninsip pengembangan
sebagai berikut:
a.
Keseimbangan etika, logika, estetika,
dan kinestetika
Kurikulum merupakan “instrumental input” yang
digunakan untuk menyeimbangkan pengalaman belajar yang mengembangkan etika,
estetika, logika, dan kinestika. Pengembangan etika dilaksanakan dalam rangka
penanaman nilai-nilai sosial dan moral termasuk menghargai dan mengangkat
nilai-nilai universal. Pengembangan estetika menempatkan pengalaman belajar
daam konteks menyeluruh untuk memberikan wang bagi pengalaman estetik melalul
berbagal kegiatan yang dapat mengekspresikan gagasan, rasa, dan karsa. Logika
yang dikembangkan dipacu untuk muncufriya pemikiran kreatif dan inovatif dengan
keseimbangan yang nyata antara kognisi dan emosi yang mendukung munculnya
ketrampilan interpersonal.
b.
Kesamaan memperoleh kesempatan
Setiap orang berhak
memperoleh kesempatan pendidikan yang tepat sesuai kemampuan dan kecepatannya.
Untuk itu perlu adanya jaminan keberpihakan kepada peserta didik yang kurang
beruntung dan segi ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat
dan unggul.
c.
Memperkuat identitas nasional
Kurikulum harus menanamkan
dan mempertahankan kebanggaan menjadi bangsa Indonesia melalui pemahaman
terhadap pertumbuhan peradaban bangsa Indonesia dan sumbangan bangsa Indonesia
terhadap peradaban dunia. Dengan demikian, kurikulum harus mempertahankan
kebenlanjutan tradisi budaya yang bermanfaat dan mengembangkan kesadaran,
semangat, dan kesatuan nasional. Materi tentang pemeliharaan identitas
nasional, patriotisme, sikap nonsektarian, kemampuan untuk bertoleransi
terhadap perbedaan yang ditimbulkan oleh agama, ideologi, wilayah, bahasa, dan
jender perlu diperhatikan dalam kurikulum.
d.
Menghadapi abad pengetahuan
Globalisasi dalam bidang
informasi, komunikasi, dan teknologi menyebabkan semakin meningkatnya fenomena
perkembangan ekonomi berbasis pengetahuan. Pasar bebas, kemampuan bersaing,
serta penguasaan dan teknologi menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu
bangsa. Sumberdaya alam yang makin terbatas tidak dapat lagi menjadi tumpuan
modal karena sumber kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik
ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kredibilitas. Pada abad pengetahuan
ini diperlukan masyarakat yang berpengetahuan yang diperoleh dengan cara
belajar sepanjang hayat. Sifat pengetahuan dan ketrampilan yang hams dikuasai
masyarakat sangat beragam dan harus berkualitas sehingga diperlukan kurikulum
yang mendorong untuk meningkatkan kemampuan metakognitif dan kemampuan berpikir
dan belajar dalam mengakses, memilih, menuai pengetahuan, dan mengatasi situasi
yang membingungkan dan penuh ketidakpastian.
e.
Menyongsong tantangan teknologi
informasi dan komunikasi
Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi
merupakan tantangan fundamental yang dapat mengubah masyarakat biasa ke dalam
masyarakat informasi dan masyarakat pengetahuan. Teknologi informasi dan
komunikasi berpotensi untuk menyediakan kemudahan belajar elektronik atau
belajar dengan kabel on-line yang mempermudah akses ke dalam informasi dan ilmu
pengetahuan baru yang tidak tertulis dalam kurikulum. Oleh karena itu
diperlukan kurikulum yang luwes dan adaptif terhadap berbagai pengetahuan baru
sesuai keadaan zaman.
f.
Mengembangkan ketrampilan hidup
Pendidikan perlu menyiapkan peserta didik agar
mampu mengembangkan ketrampilan hidup untuk menghadapi tantangan hidup yang
terjadi di masyarakatnya. Beberapa aspek utama ketrampilan hidup antara lain
kerumahtanggaan, pemecahan masalah, berpikir kritis, komunikasi kesadaran diri,
menghindari stress membuat keputusan, berpikir kreatif hubungan interpersonal
dan pemahaman tentang berbagai bentuk pekerjaan serta kemampuan vokasional
disertai sikap positif terhadap kerja. Oleh karena itu, dalam kurikulum perlu
dimasukan ketrampilan hidup agar peserta didik memiliki kemampuan bersikap dan
berperilaku adaptif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan
sehari-hari secara efektif.
g.
Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke
dalam kurikuler
Kurikulum perlu memuat dan mengintegrasikan
pengetahuan dan sikap tentang budi pekerti, hak asasi manusia, pariwisata,
lingkungan hidup dan kependudukan, kehutanan, home-industry/economic,
pencegahan kosumerisme, pencegahan HIV/AIDS, penangkalan penyalahgunaan
narkoba, perdamaian, demokrasi, dan peningkatan konsensus pada nilai-nilai
Universal. Pengintegrasian ünsur-unsur tersebut perlu disesuaikan dengan sifat
mata pelajaran pokok yang relevan dengan perkembangari kemampuan peserta didik.
h.
Pendidikan alternatif
Pendidikan tidak hanya terjadi secara formal di
sekolah tetapi juga harus terjadi di mana saja. Hal ini sangat penting terutama
dalam rangka mencapai universahisasi dan demokratisasi pendidikan. Pendidikan
altematif meliputi, antara lain pendidikan non-formal, pendidikan terbuka,
pendidikan jarak jauh, sistem lain yang lentur yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau organsisasi non-pemerintah.
i.
Berpusat pada anak sebagai pengembang
pengetahuan
Upaya untuk memandirikan peserta didik untuk
belajar, berkolaborasi, membantu teman, mengadakan pengamatan, dan penilaian
diri untuk suatu repleksi akan mendorong mereka untuk membangun pengetahuannya
sendiri. Dengan demikian pandangan baru akan diperoleh melalui pengalaman
langsung secara lebih efektif. Dalam hal ini, peran utama guru adalah sebagal
fasilitator belajar.
j.
Pendidikan multikultural dan multibahasa
Indonesia terdiri atas masyarakat dengan beragam
budaya, bahasa, dan agama. Implikasi dan hal tersebut yaitu bahwa dalam
pendidikan perlu menerapkan metodik yang produktif dan kontekstual untuk
mengakomodasikan sifat dan sikap masyarakat pluralistik dalam kerangka
pembentukan jati diri bangsa.
k.
Penilaian berkelanjutan dan komprehensif
Kurikulum harus menanggapi kebutuhan belajar
peserta didik untuk mengetahui hasil belajarnya. Hasil belajar dipandang
sebagai umpan balik untuk perbaikan lebih lanjut terhadap segala kekurangan dan
kelebihan peserta didik selama belajar dalam kurun waktu tertentu. Oleh
karenanya penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam
dunia pendidikan. Hasil dari suatu penilaian umumnya tergantung pada
identifikasi jenis dan alat penilaian yang digunakan serta tujuan, criteria
penilaian, dan Interprestasi hasil. Relevansi, reliabilitas dan vailditas
penilaian merupakan prosedur yang menentukan kualitas umpan balik. Penilaian
berkelanjutan mengacu kepada penilaian yang dilaksanakan oleh guru itu sendiri
dengan proses penilaian yang dilakukan secara transparan. Penilaian harus
dilakukan secara komprehensif yang mencnkup aspek kompentensi akademik dan
ketrampilan hidup.
l.
Pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan harus berlanjut sepanjang hidup manusa
dalam rangka untuk mengembangkan, menambah kesadaran, dan selalu belajar
tentang dunia yang berubah dalam segala bidang. Dengan demikian, kerusakan dan
keusangan pengetahuan dapat dihindari. Dalam hal ini, kurikulum harus
menyediakan kompetensi dan materi yang berguna bagi peserta didik bukan hanya
untuk kepentingannya di masa sekarang, tetapi juga kepentingannya di masa yang
akan datang dengan memberikan fondasi yang kuat untuk inkuiri dan memecahkan
masalah yang merupakan titik awal untuk menguasai cara berpikir bagaimana
berpikir dan belajar sepanjang hidupnya.
2. Model
kurikulum yang relevan untuk masa depan
Banyak perubahan sosial yang diramal o!eh John
Naisbit terjadi (Miller dan Seller, 1985:341). Maraknya implementasi
disentralisasi, semakin sensitifnya masyarakat dengan masalah-masalah global,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat merupakan kenyataan
dewasa ini yang memberikan dampak bagi pengembangan dan pelaksanaan proses
pendidikan, khususnya dalam menentukan model kurikulum yang digunakan. Dengan
kata lain, model kurikulum yang bagaimanakah yang sesuai untuk menyosngsong
masa depan dalam era otonomi, merupakan pertanyaan yang perlu dijawab secara
cermat dan bijak.
Miller dan Seder (1985) menekankan perlunya
Bahasa lnggris, Matematika, dan Ilmu-ilmu sosial bagi siswa sekolah menengah
untuk memasuki abad global. Di samping itu, kurikulum harus menyediakan
sejuiniah alternatif yang mencerminkan inisiatif lokal. Kurikulum yang seperti
itu, secara konseptual, disebut model kurikulum rekonstruksi sosial, yang
menurut Sukmadinata (1997: 91) merupakan kurikulum yang lebih memusatkan
perhatian ada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri melainkan kegiatan bersama, interaksi,
kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan
guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di
lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalul interaksi dan
kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problema yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Ciri
dari model kurikulum rekonstruksi sosial sebagai berikut:
a. Tujuan utama kurikulum ini ialah
mengahadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Tantangan-tangan tersebut merupakan
garapan studi sosial yang perlu didekati dan bidang-bidang lain seperti
ekonomi, sosiologi, psikologi, estetika, IPA, dan matematika.
b. Kegiatan belajar dipusatkan pada
masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah tersebut dirumuskan dalam
pertanyaan, sebagai misal : dapatkah kehidupan seperti sekarang ini memberikan
kekuatan untuk menghadapi ancaman yang mengganggu integritas kemanusiaan?
c. Pola organisasi kurikulum disusun seperti
sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang
menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dan tema utama dijabarkan
sejuiniah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan,
kunjungan dan lain-lain.
Model kurikulum reskonstruksi sosial
dapat digambarkan sebagai berikut:
Model kurikulum rekonstruksi sosial, menurut para
ahli kurikulum, merupakan kurikulum yang berorientasi ke masa depan dan
menyarankan agar isi kurikulum dipusatkan pada penggalian sumber-sumber alam
dan bukan alam, populasi, kesejahteraan masyarakat, masalah air, akibat
pertumbuhan penduduk, ketidakseragaman pemanfaatan sumber-sumber alam, dan
lain-lain.
0 comments:
Post a Comment