Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka tentang
hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik
sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari
sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan
dengan penerimaan peserta didik sampai dengan pelulusan peserta didik.
Langkah-Langkah
Perencanaan Peserta Didik
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan
di-dik.Langkah-langkah tersebut meliputi: perkiraan (forcasting), perumusan tujuan (objective),
kebijakan (policy), pemrograman (programming), menyusun langkah-langkah (procedure), penjadwalan (schedule) dan pembiayaan (bugetting).
Secara lebih
rinci, langkah-langkah perencanaan peserta didik dikedepankan sebagai berikut.
a. Perkiraan
Yang dimaksud dengan perkiraan (forcasting)
adalah menyusun suatu perkiraan kasar dengan mengantisipasi ke depan. Ada
tiga dimensi waktu yang disertakan dalam hal ini, ialah dimensi kelampauan,
dimensi terkini, dan dimensi keakanan.
Dimensi kelampauan berkenaan dengan pengalaman-pengalaman masa lampau
penanganan peserta didik. Kesuksesan-kesuksesan penanganan peserta didik pada
masa lampau harus selalu diingatkan dan diulang kembali, sementara kegagalan
penanganan peserta didik pada masa lampau hendaknya selalu diingat dan dijadikan
pelajaran. Hal-hal yang menjadikan penyebab gagalnya penanganan peserta didik
di masa lampau sedapat mungkin tidak diulang. Hal demikian harus senantiasa
dijadikan pelajaran.
Dengan menyebutkan kesuksesan dan kegagalan masa lampau ini, perencanaan
akan mempunyai landasan berpijak dalam pemikiran penanganan peserta didiknya.
Hal-hal yang pernah dilakukan, baik yang mendapatkan responsi positif atau
negatif dari peserta didik, dapat dijadikan pegangan dan pijakan dalam
memikirkan peserta didik. Dengan berpijak pada pengalaman masa lampau inilah,
perencanaan akan dapat memperkirakan, jenis aktivitas apa sajakah yang dapat
mensejahterakan peserta didik.
Dimensi kekinian berkaitan erat dengan faktor kondisional dan situasional
peserta didik di masa sekarang ini. Keadaan peserta didik yang senyatanya
sekarang ini haruslah diketahui oleh perencanaan peserta didik. Semua
keterangan, informasi dan data mengenai peserta didik haruslah dikumpulkan,
agar dapat ditetapkan kegiatannya, dan konsekuensi dari kegitanan tersebut:
biayanya, tenaganya, dan sarana prasarananya.
Data-data yang dilihat dari sensus sekolah, ukuran sekolah dan kelas, kebijakan
berkenaan dengan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik,
organisasi-organisasi yang boleh diikuti dan didirikan oleh peserta didik,
semuanya haruslah diketahui oleh perencana. Dengan demikian ia akan dapat
memperkirakan, kira-kira kegiatan apa saja yang dapat direncanakan.
Keterangan-keterangan penting yang berkenaan dengan faktor kondisional dan
situasional peserta didik di masa kini haruslah dikuasai dan bahkan disebutkan
dalam perkiraan ini, agar diketahui oleh mereka yang konsen terhadap layanan
peserta didik.
Dimensi keakanan berkenaan dengan antisipasi ke depan peserta didik.
Hal-hal yang diidealkan dari peserta didik di masa depan, haruslah dapat
dijangkau sebera-papun jangkauannya. Pemikiran mengenai peserta didik dalam
perkiraan ini, tidak saja untuk hal-hal yang sekarang saja, melainkan yang juga
tak kalah pentingnya adalah kaitannya dengan peserta didik di masa depan.
Jangkauan ke depan ini juga mengandung arti bahwa semua layanan yang dipikirkan
haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik di masa depan. Fungsionalnya
kegiatan atau aktivitas ini perlu dirumuskan, sebab dengan cara demikianlah,
maka mereka yang konsen dengan layanan peserta didik akan yakin, bahwa hal itu
memang harus dilakukan.
Baik uraian mengenai dimensi kelampauan, dimensi kekinian, maupun keakanan
haruslah jelas dan argumentatif. Selain argumentatif, haruslah terlihat
keterkaitannya sehingga mereka yang membaca akan mempunyai gambaran yang jelas
dan terpersuasi. Sebab hanya dengan cara demikianlah mereka akan yakin bahwa
kegiatan tersebut memang harus dilakukan, harus didukung dan bahkan kalau perlu
dibantu. Pendeknya, uraian forcasting sebenarnya adalah suatu justifikasi atau
pembenaran bagi aktivitas-aktivitas yang direncanakan berkaitan dengan peserta
didik.
b. Perumusan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hanya sekedar dapat dituju, dan oleh karena itu
ia tidak dapat dicapai. Supaya dapat dicapai, umumnya tujuan tersebut
dijabarkan ke dalam bentuk target-target. Oleh karena itu, tujuan lazimnya
bersifat umum dan abstrak, tidak jelas kriteria tercapai tidaknya; sedangkan
target dirumuskan secara jelas, dapat diukur pencapaiannya. Lazimnya perumusan
target ini diawali dengan huruf awal ter. Misalnya saja, terlaksananya,
terbacanya, tertulisnya, terealisasinya, dan sebagainya.
Tujuan ini dapat dirumuskan secara berbeda-beda sesuai dengan sudut
kepentingannya. Ada rumusan tujuan jangka panjang, kemudian dijabarkan ke dalam
tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek. Ada tujuan yang digolongkan
menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Ada juga rumusan tujuan final atau akhir
yang dijabarkan ke dalam tujuan sementara.
Di antara penjabaran dan penggolongan yang dipakai, tentu berdasarkan
faktor kondisional dan situasional peserta didik di sekolah tersebut. Demikian
juga periodisasi pencapaiannya, dapat berupa tahunan, semesteran, periodisasi
waktu yang pendek, haruslah dalam kerangka pencapaian tujuan dalam periodisasi
waktu yang lebih panjang.
c. Kebijakan
Yang dimaksud dengan kebijakan adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas
yang dapat dipergunakan untuk mencapai target atau tujuan di atas. Bisa
terjadi, satu tujuan membutuhkan banyak kegiatan; sebaliknya juga, bisa jadi
beberapa tujuan atau target membutuhkan satu kegiatan.
Kegiatan-kegiatan demikian harus diidentifikasi, karena tidak ada tujuan atau
target yang dapat dicapai tanpa kegiatan. Identifikasi kegiatan perlu dilakukan
secermat mungkin agar dapat dipergunakan untuk mencapai targetnya. Pada policy ini, kegiatan yang dapat
dipergunakan untuk mencapai target perlu diidentifikasi sebanyak mungkin;
karena semakin banyak, akan semakin representatif dalam rangka mencapai target.
d. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah suatu aktivitas yang bermaksud memilih
kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifiksi dalam langkah kebijakan. Pemilihan
demikian harus dilakukan, karena tidak semua kegiatan yang diidentifikasi
tersebut nantinya dapat dilaksanakan. Dengan perkataan lain, penyusunan program
berarti seleksi atas kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi dalam
kebijakan.
Ada beberapa pertimbangan dalam seleksi kegiatan ini. Pertama, berkaitan
dengan pertanyaan: apakah kegiatan-kegiatan yang dipilih tersebut, memang
paling besar kontribusinya terhadap pencapaian targetnya? Kedua, berkaitan
dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dilaksanakan dilihat dari segi
tenaga, biaya dan sarana prasarana yang dipunyai oleh sekolah? Atau dengan kata
lain, seberapa dampak positif kegiatan tersebut bagi peserta didik? Ketiga,
berkaitan dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dapat dilaksanakan
mengingat waktu yang tersedia? Keempat, berkaitan dengan pertanyaan: apakah
tidak ada faktor-faktor penghambat untuk mencapainya? Kalau ada, seberapa hal
tersebut dapat diatasi berdasarkan estimasi-estimasi dan
pertimbangan-perttimbangan yang telah dibuat?
Pertimbangan-pertimbangan tersebut perlu dilakukan, agar apa yang
direncanakan memang benar-benar tercapai dan mencapai targetnya. Dengan
demikian, kagiatan yang diprogramkan tersebut benar-benar realistik dan mungkin
dapat dilaksanakan. Kegiatan yang diprogramkan tersebut juga berbobot, karena
punya kontribusi yang jelas bagi pencapaian target atau tujuan. Realistiknya
program kegiatan, tetapi juga berbobot sangatlah besatr artinya bagi
penggalakan sumber daya yang tersedia. Sebab, sumber daya manusia yang ada,
akan konsen dengan program kegiatan yang demikian ini.
e. Langkah-langkah
Yang dimaksud dengan procedure adalah
merumuskan langkah-langkah. Ada tiga aktivitas dalam hal ini, ialah aktivitas
pembuatan skala prioritas, aktivitas pengurutan dan aktivitas menyusun
langkah-langkah kegiatan. Yang dimaksud dengan pembuatan skala prioritas
adalah: menetapkan (dalam rumusan), maka yang patut dikemudiankan.
Faktor-faktor yang harus dijadikan penentu dalam membuat skala prioritas ini
adalah sebagai berikut:
1)
Seberapa jauh kegiatan tersebut
memberikan kontribusi bagi pencapaian targetnya?
2)
Seberapa jauh kegiatan tersebut mendesak
untuk dilaksanakan dilihat dari segi kebutuhan?
3)
Apakah kegiatan tersebut mengikuti
periode waktu tertentu, misalnya saja periode bulan dan tanggal?
4)
Apakah dukungan tenaga, biaya, prasarana
dan sarananya bagi kegiatan tersebut cocok dengan waktunya?
Pengurutan kegiatan dilakukan dengan mengulang apa yang diprioritaskan.
Pengulangan demikian, bukan dimaksudkan untuk pemborosan, melainkan memberi
ketegasan kembali mengenai urutan pelaksanaan kegiatan. Penegasan demikian perlu
dilakukan, agar jelas mana kegiatan yang menjadi skala prioritas dan kenyataan
yang tidak menjadi skala prioritas. Penegasan demikian juga perlu dilakukan,
agar oleh personalia sekolah tidak mudah dilupakan oleh personalia sekolah.
Pembuatan langkah-langkah ini perlu dilakukan, agar personalia sekolah dan
atau tenaga kependidikan di sekolah tersebut, mengetahui apa yang harus
dilakukan terlebih dahulu dan apa yang baru boleh dilakukan kemudian.
Langkah-langkah demikian juga sekaligus membimbing mereka yang masih pemula,
agar mereka tertuntun untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan yang
diskenariokan.
f. Penjadwalan
Yang dimaksud dengan schedule adalah
penjadwalan. Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan prioritasnya, urut-urutan
dan langkah-langkahnya perlu dijadwalkan agar jelas siapa pelaksananya, dan
dimana hal tersebut dilaksanakan. Dengan adanya jadwal ini semua personalia
yang bertugas dan memberikan bantuan di bidang manajemen peserta didik akan
tahu tugas dan tanggung jawabnya, serta kapan harus melaksanakan kegiatan
tersebut.
Yang tercantum dalam jadwal adalah jenis-jenis kegiatannya secara urut,
kapan dilaksanakan, siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan kalau
perlu di mana kegiatan tersebut harus dilaksanakan. Dengan jadwal demikian,
maka diharapkan kegiatan yang direncanakan akan dapat dicapai. Adanya jadwal
demikian, juga memberikan kemungkinan bagi mereka yang konsen untuk memberikan
bantuan, baik bantuan yang sifatnya pemikiran maupun ketenagaan, prasarana dan
biaya.
Adapun format jadwal tersebut
sebagaimana dikemukakan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Kesiswaan di
Sekolah
Nomor
|
Kegiatan Kesiswaan
|
Waktu Pelaksanaan
|
Pelaksanaan
|
Keterangan
|
g. Pembiayaan
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan. Pertama, mengalokasikan
biaya. Yang dimaksud dengan alokasi di sini adalah perincian mengenai biaya
yang dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah dijadwalkan. Pengalokasian
di sini hendaknya dibuat serinci dan serealistik mungkin. Semakin rinci dan
realistik rincian biaya yang dibuat akan semakin baik. Sebab, siapapun yang
membacanya akan memandang bahwa untuk membiayai kegiatan yang sudah dirinci
pada langkah-langkah sebelumnya, memang dibutuhkan anggaran sebagaimana yang
ada pada alokasi anggaran tersebut.
Kedua, menentukan sumber biaya. Sumber biaya demikian perlu disebutkan
secara jelas, agar mudah menggalinya. Ada sumber-sumber biaya yang bersifat
primer dan ada sumber-sumber biaya yang termasuk sekunder. Baik sumber biaya
primer maupun sumber biaya sekunder haruslah sama-sama dicantumkan, agar dapat
memberi petunjuk kepada mereka yang terkait untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.
Jika langkah ini
diimplementasikan di sekolah, maka pertama hal yang harus dilakukan adalah
mengalokasikan anggaran berdasarkan rumusan-rumusan kegiatan yang ada pada
langkah penjadwalan. Alokasi angaran ini hendaknya dibuat serealistik mungkin,
dengan mempertimbangkan angka inflasi serta apresiasi rupiah terhadap
barang-barang yang berada di pasaran. Ini sangat penting, karena perencanaan
demikian ini umumnya dibuat tahunan berdasarkan tahun anggaran. Guna
mengestimasi angka inflasi serta apresiasi rupiah terhgadap barang, dapat
dilakukan dengan mengamati kecenderungan apresiasi rupiah terhadap US $ dan
inflasinya terhadap barang. Teknik analisis regresi dapat dijadikan sebagai
salah satu piranti untuk melihatnya, disamping siklus beberapa tahunan yang
kerap berpengaruh terhadap nilai nominal dan riil mata uang tersebut.
Dalam merencanakan anggaran,
aspek pemerataan juga harus dipertimbangkan. Jangan sampai, ada kegiatan yang
sama sekali tidak mendapatkan anggaran, sementara yang lainnya banyak menyedot
anggaran. Terkecuali jika memang kegiatan tersebut sama sekali tidak membutuhkan
anggaran. Ketidak merataan dalam merumuskan anggaran dapat dibenarkan, selama
tetap ditempatkan dalam koridor skala perioritas dan atau terhadap kegiatan
yang sengaja diunggulkan oleh sekolah tersebut, serta telah mendapatkan
kesepakatan dari komponen sekolah, komite sekolah dan stake holders yang
lainnya.
Setelah anggaran dialokasikan,
sumber-sumber anggaran juga perlu ditetapkan. Sumber-sumber anggaran, untuk
sekolah-sekolah negeri telah jelas, ialah berasal dari anggaran rutin, anggaran
pembangunan, Dana Penunjang Pendidikan (DPP) Bantuan Operasional Pendidikan
(BOP), komite sekolah/dewan sekolah/majelis madrasah dan lain-lain sumbangan.
Sedangkan untuk sekolah swasta, diperoleh melalui SPP, subsidi pemerintah,
dewan sekolah, donatur, yayasan dan sebagainya. Di era desentralisasi
pendidikan seperti sekarang, sebagian dari dana alokasi umum (DUM) juga ada
yang dialokasikan untuk keperluan pendidikan.
3. Raker
Perumusan Rencana Kegiatan Peserta Didik
Salah satu karakteristik
perencanaan peserta didik adalah selain tinggi muatan bottom upnya, juga
banyak melibarkan guru, karyawan, wakil orang tua, komite sekolah, masyarakat
dan stake holders yang lainnya. Agar tingkatan keterlibatan
mereka sangat tinggi, maka perlu disediakan arenanya. Salah satu arena yang
tepat adalah rapat kerja (raker) dengan agenda tunggal perumusan rencana.
Karena itu, bebarapa langkah operasional yang harus ditempuh oleh manajer
pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut:
a.
Bentuklah tim penyusun rencana. Tim ini
bertugas untuk mengidentifikasi masalah, alternatif penyebab dan alternatif
pemecahannya. Sebagai sumber datanya adalah: pengurus yayasan (jika sekolah
swasta), kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, tokoh masyarakat,
sekolah lanjutannya, (komite sekolah/dewan sekolah/majelis madarasah dan stake
holder lainnya. Mengingat perencanaan peserta didik bersifat bottom up,
dan bukan top down, teknik pengumpulan datanya adalah eksploratori (bukan
konfirmatori). Dari kegiatan ini telah tersedia data mentah awal yang berisi
masalah, alternatif penyebab dan alternatif pemecahannya.
b.
Bentuklah panitia raker yang bertugas
melaksanakan kegiatan raker mulai awal sampai selesei.
c.
Lakukan raker dengan agenda penyusunan
rencana kerja sekolah, dengan acara sebagai berikut:
1) Acara
seremoni pembukaan
2)
Acara Inti Raker, Dipimpin Oleh Ketua
Tim Penyusun Rencana, Dengan Acara Inti Sebagai Berikut:
a)
Pengantar
oleh ketua tim penyusun rencana, serta laporan hasil identifikasi masalah,
alternatif penyebab dan alternatif pemecahannya.
b) Penyampaian permasalahan oleh ketua
yayasan (untuk sekolah swasta) atau Kepala Dinas Pendidikan (untuk sekolah
negeri).
c)
Penyampaian permasalahan oleh kepala
sekolah.
d)
Penyampaian permasalahan oleh wakil
guru.
e)
Penyampaian permasalahan oleh wakil
karyawan.
f)
Penyampaian permasalahan oleh wakil
peserta didik.
g)
Penyampaian permasalahan oleh wakil
orang tua.
h)
Penyampaian permasalahan oleh kepala
sekolah dari sekolah lanjutannya (Jika SLP, maka kepala SMU/SMK. Jika SMA/SMK,
maka PT/PTS).
i)
Penyampaian permasalahan oleh komite
sekolah/dewan sekolah/majelis madarasah atau stake holders yang lainnya.
j)
Pembentukan komisi-komisi, yang
ditindaklanjuti dengan pembahasan permasalahan, altermatif penyebab dan
alternatif pemecahan dalam komisi-komisi. Selanjutnya, permasalahan, alternatif
penyebab dan alternatif pemecahan tersebut diubah ke dalam bahasa program.
k)
Presentasi oleh masing-masing komisi,
dengan tanggapan dari masing-masing peserta raker.
l)
Pembentukan tim perumus, untuk
merumuskan rencana-rencana tentative dan menghaluskannya.
m)
Pembacaan kesimpulan sementara hasil
raker oleh ketua tim penyusun rencana.
n) Penyerahan acara oleh tim penyusun
rencana kepada panitia.
o)
Acara seremoni penutupan, yang
terdiri atas:
p) Pembukaan oleh master of ceremony.
q) Laporan ketua panitia.
r)
Sambutan oleh kepala sekolah dan menutup
acara raker secara resmi.
d.
Menindaklanjuti
acara raker dengan:
1) Tim perumus menghaluskan hasil raker
sehingga tersusun rencana srtrategis dan rencana operasional.
2)
Kepala sekolah dan komite sekolah
mengesyahkan rencana strategis dan rencana operasional.
3)
Rencana strategis dan rencana
opeasional telah siap direalisasi.
0 comments:
Post a Comment